Slideshow

Kamis, 24 November 2016

Taman Nasional Gunung Tambora, Kabupaten Dompu dan Bima


Tentang Taman Nasional Gunung Tambora, Sumbawa
Pemerintah Provinsi NTB telah menetapkan kawasan Tambora sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan Pulau Sumbawa – Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013 – Tahun 2028, Kawasan Tambora menjadi satu kesatuan destinasi dengan Teluk Saleh dan Pulau Moyo dikenal dengan sebutan “SAMOTA”. Kawasan ini menjadi salah satu dari sebelas kawasan strategis pariwisata daerah, dan sesuai Perda tersebut Kawasan Tambora akan dikembangkan sebagai objek wisata pengunungan yang menjadi satu kesatuan pengembangan dengan wisata bahari di Teluk Saleh dan Pulau Moyo.

Mengingat status kawasan konservasi CA, SM dan TB tidak dimungkinkan untuk mendukung pengembangan wisata alam, maka Pemprov NTB dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 11 April 2013 kepada Menteri Kehutanan mengusulkan perubahan fungsi kawasan cagar alam, suaka margasatwa dan taman buru Gunung Tambora seluas 71.645,74 Ha menjadi Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT).

Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora kemudian ditunjuk berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.111/Menlhk-II/2015 tanggal 7 April 2015 seluas 71.645,74 hektar. Letak TN Gunung Tambora secara administratif pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Kempo dan Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu dan Kecamatan Tambora serta Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Potensi Flora dan Fauna
Tipe vegetasi Taman Nasional Gunung Tambora bervariasi, pada ketinggian 200 m – 700 m di atas permukaan laut tipe vegetasinya adalah hutan musim selalu hijau (dry evergreen) yang didominasi oleh tumbuhan Walikukun walikukun (Schoutenia ovata), Kelanggo/Rajumas (Duabanga mollucana), Rida/Pulai (Alstonia scholaris), Monggo/Jambu Hutan (Eugenia polyantha), Binuang (Tetrameles nudiflora), Bayur (Pterospermum javanicum), Wangkal (Albizia procera), Linggua (Pterocarpus indicus) dan lain sebagainya.

Pada ketinggian di atas 700 m di atas permukaan laut tipe vegetasinya adalah hutan sekunder yang didominasi jenis-jenis semak dan perdu. Pada ketinggian di atas 900 m di atas permukaan laut tipe vegetasinya adalah savana dengan tegakan Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) dan Edelweis (Anaphalis javanica), sedangkan pada ketinggian di atas 1.200 m di atas permukaan laut merupakan vegetasi savana yang ditumbuhi oleh jenis rumput alang-alang (Imperata cylindrica), rumput gelagah (Cyperus rotundus), Lantana (Lantana camara), Kirinyuh (Euphatorium sp) dan lain sebagainya.

Dari ketiga macam vegetasi yang ada di TN Gunung Tambora dapat dijumpai bermacam-macam fauna yang didominasi oleh jenis-jenis burung baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi, antara lain Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Nuri Kepala Merah (Geofroyyus geofroyyi), Kirik-kirik Australia (Merops ornatus), Ayam Hutan Hijau (Gallus gallus), Srigunting (Dicrurus densus), Bentet Kelabu (Lanius scach), Punglor Kepala Hitam (Zoothera doherty), Isap Madu Australia (Lichmera indistincta), Isap Madu Topi Sisik (Lichmera lombokia), Alap-alap layang (Falco cinerhoides), Isap Madu Topi Sisik (Lichmera lombokia), Elang bondol (Heliastur indus) dan lain-lain. Adapun jenis-jenis mamalia yang dapat ditemui antara lain Rusa Timor (Cervus timorensis), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Sus scrova), sedangkan jenis-jenis reptilia yang dapat ditemui antara lain Biawak (Varanus salvator), Ular piton (Phyton sp).   Selain itu juga terdapat potensi lebah madu yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk diambil madunya.

Potensi Wisata
Potensi wisata yang dapat dikembangkan antara lain : wisata alam yaitu berupa wisata pendakian ke kaldera dan jelajah hutan (jungle tracking) kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui 3 pintu pendakian yaitu Piong/Sanggar, Kawindato’i, Pancasila dan Doro Ncanga.

Untuk menuju puncak Tambora melalui Jalur Pendakian Piong, Kawindato’i dan Pancasila memerlukan waktu tempuh 3 hari 2 malam dengan berjalan kaki. Sedangkan Jalur Pendakian Doroncanga bisa ditempuh dengan kendaraan off road sampai pos 3, kemudian dari pos 3 menuju Puncak Tambora hanya memerlukan waktu 2 jam dengan berjalan kaki.

Selain itu pada kawasan Gunung Tambora terdapat beberapa sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun sehingga sangat potensial untuk pengembangan wisata tirta seperti jelajah sungai, canoing, foto hunting serta menjadi spot untuk kegiatan bird wacthing. Kawasan konservasi Gunung Tambora juga dapat dikembangkan wisata minat khusus seperti paralayang, panjat tebing, offroad, berkuda, wisata ilmiah dan lain-lain.

Kawah Gunung Tambora merupakan daya tarik tersendiri bagi kawasan ini, letusan gunung Tambora 2 abad yang lalu pada medio April 1815 menjadi sejarah yang sangat penting, karena konon abu vulkanik letusan Gunung Tambora sampai di benua Eropa.

Aksesibilitas
Untuk menuju Taman Nasional Gunung Tambora dari Kota Mataram membutuhkan waktu tempuh ± 13 jam perjalanan darat. Rute perjalanan darat yang ditempuh adalah sebagai berikut:

    Kota Mataram – Kabupaten Dompu ± 11 jam (termasuk penyeberangan dengan kapal ferry).
    Kabupaten Dompu – Kore ± 2 jam, untuk masuk kawasan melalui Pos Kore.
    Kore – Kawinda To’i ± 2 jam, untuk masuk kawasan melalui Pos Kawinda To’i.
    Kabupaten Dompu – Doropeti ± 2 jam, untuk masuk kawasan melalui Pos Doropeti.

Sumber: bksdantb

Sabtu, 19 November 2016

Nisa Sapudu


Nisa sapudu adalah pulau kecil tak berpenghuni dan terletak di kawasan teluk saleh yang juga terkenal akan keindahannya. Suasana pulau ini tampak sangat tenang, nyaman dan romantis, dengan ombak yang cukup tenang sehingga sangat cocok sebagai tempat untuk bersantai dan melepas penat dalam tumpukan kesibukan anda. Pemadangan dari pulau ini juga sangat menarik, bagaimana tidak di beberapa pesisir pantai ini dihiasi dengan haparan pasir putih, warna laut yang jernih ada dua warna jenis air lautnya yaitu biru dan hijau sehingga sangat cocok bagi anda penikmat snorkeling.

Selain lautnya, orang-orang disekitar pulau sangat ramah dalam menyediakan transportasi menuju pulau yang dinamai bot/sampan hanya membutuhkan waktu 15 menit dari rumah warga. Pulau ini terletak di Desa Soro, Kecematan Kempo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Jika berada di Kota Dompu maka hanya cukup 45 menit untuk sampai di Kecematan Kempo desa Soro.

Sumber: kampung-media

Kamis, 17 November 2016

Pantai Lakay

 
Pantai Lakey Kecamatan Hu’u adalah salah satu lokasi berselancar terbaik dunia. Karena kehebatan dan konsistensi ombaknya, setiap tahunnya pantai Lakey secara reguler dijadikan sebagai tuan rumah dari kompetisi selancar tingkat dunia. Pantai Lakey – Hu’u terletak kira-kira 5 jam dari kota Sumbawa Besar dan dari Kabupaten Dompu kira-kira memakan waktu 1 jam 45 menit ke arah selatan.

Pantai Lakey-Hu’u mempunyai kehebatan 4 jenis ombak yaitu : Lakey Peak, Cobble Stones, Lakey Pipe dan Periscop. Dan beberapa kilometer di dekat pantai Lakey anda akan menemukan Spot lain yang tak kalah hebatnya yang dikenal dengan Periscop, bagian yang paling konsisten dan hebat dalam berselancar di Lakey yaitu Lakey Peak

Sumber: wisatanusatenggara

Selasa, 08 November 2016

Taman Wisata Alam Pulau Satonda, Pekat – Kabupaten Dompu



Sejarah Kawasan
Pulau Satonda memang unik, dikarenakan keunikannya tersebut berdasar SK. Menteri Kehutanan Nomor : 22/Kpts-VI/1998 tanggal 7 Januari 1998, Pulau Satonda dan Perairan disekitarnya seluas 2.600 Ha terdiri dari daratan (453,70 Ha) dan luas perairan (2146,3 Ha). Secara administratif berada di wilayah Desa Nangamiro Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat dan mencakup batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut, sebelah utara dibatasi perairan satonda bagian utara, sebelah timur dibatasi Desa Labuhan Kenanga, sebelah selatan dibatasi perairan Selat Satonda dan sebelah barat dibatasi perairan Selat Belahan bagian utara.

Letaknya yang strategis di jalur laut wisata Pulau Bali, Pulau Moyo dan Pulau Komodo serta potensi sumber daya alam hayati dan keindahan panorama alam yang unik Pulau Satonda sangat berpotensi dikembangkan sebagai obyek wisata alam yang dapat memberikan Pendapatan Asli Daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupannya.

Bicara mengenai Legenda yang menyelimuti Pulau Satonda, berikut kisahnya:
Dahulu kala saat dataran Nusa Tenggara masih menyatu, di tanah Kabupaten Dompu terdapat seorang raja Tambora yang berniat melakukan perjalanan menuju tanah Sumatera untuk mencari pasangan hidup. Di tengah perjalanan tak jauh dari Kabupaten Dompu ia berhenti untuk istirahat dan bertemu seorang wanita cantik jelita. Sang raja jatuh hati dan berkeinginan mempersunting untuk dijadikan istrinya.

Saat memceritakan siapa dirinya dan bagaimana ia bisa menjadi seorang raja Tambora, wanita cantik jelita tersebut menangis dan memberitahukan bahwa dirinya adalah ibunya yang terpisah oleh bencana alam dengan Satonda (Raja) ketika ia masih kanak-kanak, dan ia tidak memperbolehkan sang Raja mempersunting dirinya.

Sang raja marah dan tidak mempercayai perkatakan wanita cantik jelita tersebut, dan ia tetap berkeinginan menikahinya. Tiba – tiba awan hitam datang bergulung – gulung disusul sambaran petir. Bumi berguncang keras, gunung Tambora meledak dengan kuatnya, guncangan bumi menimbulkan tsunami besar dan memisahkan daratan menjadi pulau-pulau kecil. Rupanya TUHAN murka tidak merestui keinginan sang Raja yang bersikukuh ingin mempersunting wanita cantik jelita tersebut yang ternyata adalah ibu kandungnya.

Tak jelas bagaimana nasib wanita jelita itu pasca bencana alam, namun sang Raja selamat terdampar dipulau kecil dan setiap hari waktunya habis oleh sesal tangis. Tetes air matanya terus mengalir bercampur genangan air di cekungan pulau yang lama kelamaan menjadi danau air asin, sesuai nama sang Raja danau di pulau kecil tersebut kemudian diberi nama danau air asin Satonda, demikian secarik Legenda danau Satonda sebagaimana diceritakan Abdul haris dalam bukunya Legenda Danau Satonda.

Obyek dan Kegiatan Wisata Alam
Ragam obyek wisata yang tersedia di Pulau Satonda adalah danau, pantai pasir putih, terumbu karang, ikan hias dan perbukitan yang cantik dengan pemandangan danau ditengah pulai dan pantai. Disamping itu, beberapa kegiatan wisata yang bias dilakukan antara lain snorkling, diving, jungle tracking,berjemur dan pengamatan satwa.

Perairan TWA Pulau Satonda
Keadaan perairan di Taman Wisata Alam Pulau Satonda mempunyai dasar perairan yang landai dengan patch reef terutama di bagian selatan dan timur, serta curam pada bagian utara dan bagian barat pulau. Wilayah dasar perairan yang dangkal umumnya ditumbuhi berbagai jenis koloni karang dengan pola penyebaran yang bervariasi antara mengelompok dan patch reef coral serta merupakan habitat berbagai biota karang. Selain itu di bagian antara koloni karang yang kosong merupakan substrat berpasir sedikit berbatu.

Flora dan Fauna
Secara umum tipe vegetasi di Taman Wisata Alam Satonda adalah hutan Pantai dan tropis dataran rendah, dengan jenis antara lain Asam (Tamarindus indica), Kalibuda (Excoecaria agallocha), Ketimis (Protium javanicum), Berora (Kleinhovia hospita), Kesambi (Schleicera oleosa), Binong, Bidara, Kayu Batu, Kayu Daru, Kayu Jawa, Beringin (Ficus sp), Tempawe, Bambu (Bambusa sp), Na’a, Mpusu, Kayu Api dll. Sedangkan vegetasi pantai seperti Nyamplung (Callophylum inophylum), waru laut (Hibiscus sp) dan Pandan Laut (Pandanus tectorius).

Bermacam – macam jenis satwa dapat ditemui di kawasan TWA Satonda, satwa dari Kelas Mamalia yang dapat ditemui antara lain  Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus scrova), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Landak (Hystrix javanica) dan Kelalawar (Pteropus vampires).

Bagaimana cara mencapai TWA Satonda?
    Kota Mataram – Kabupaten Bima, kendaraan udara (35 menit).
    Bima – Dompu – Labuhan Kenanga, kendaraan darat (6 jam).
    Labuhan Kenanga – Satonda, kendaraan air (15 menit).
    Kota Mataram – Labuhan Badas, kendaraan darat (5 jam).
    Labuhan Badas – Pulau Satonda, kendaraan air (2 jam).

Sumber: bksdantb

Rabu, 02 November 2016

Nanga Tumpu


Nanga Tumpu terletak di jalur Jalan Raya Kabupaten Sumbawa – Kabupaten Dompu dengan jarak dari ibukota Kabupaten Dompu 30 Km dengan waktu tempuh 25 menit. Kawasan ini memiliki berbagai gugusan Pulau-pulau kecil seperti: Nisa Pu’du, Nisa Rate, Nisa Maja, Nisa Ko’do dengan hamparan pasir putih yang sangat indah. Kawasan Nanga Tumpu dan sekitarnya sangat cocok untuk kegiatan berenang, memancing dan menyelam.

Pada saat musim angin selatan dan barat (sekitar bulan Januari, Pebruari, Maret, Juli dan Agustus) sangat cocok untuk kegiatan olah raga Wind Surfing, Kite Surfing dan Lomba perahu layar tradisional. Di tempat ini tersedia fasilitas rumah makan

Sumber: wisatanusatenggara